Berlakuadillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan". [al-Maidah/5: 8] Allahu akbar 2x Laa Ilaha illa Allah, Allahu Akbar, Walillahilhamd Ma'asyiral mukminin rahimakumullah Taqwa adalah unsur penting yang ditekankan pada ayat di atas.Allah sebagai khalik pasti memiliki segala kesempurnaan. Tidak ada sesuatu pun yani denganDia. SebagaiumatIslam, kita selalu dituntutmenghayati sifatkesempurna. tersebut. Oleh karena itu, marilah kita mulai dengan memahami sifat-sifat Allah yang dimiliki-Nya. Untuk menumbuhkan dan mempertebal keimanan kepada Allah swt, maka setiap perlu mengetahui dan mengkaji sifat-sifat Allah dan asmaul husna. Kita perlu mengetahui Allah memiliki sifat-sifat wajib dan mustahil. Adapun sifat-sifat Allah yang wajib adalah sebagai berikut. WUJUD Allah wajib bersifat wujud ada dan mustahil Allah bersifat adam tidak ada. Allah berfirman dalam Surah Ali Imran Ayat 62 sebagai berikut. Artinya “Dan tak ada Tuhan selain Allah …. ” QS Ali Imran 62 Keyakinan terhadap adanya Tuhan Yang Maha Esa tidak hanya diajarkan oleh agama, tetapi ilmu pengetahuan pun mengetahui dan mengakui keberadaan-Nya. Seorang filsuf Yunani, Xenophanes 580-470 SM mengatakan bahwa “Tuhan Yang Maha Esa itu tidak dijadikan, tidak bergerak, tidak berubah-ubah, dan la penguasa seluruh alam.” QIDAM Allah wajib bersifat qidam tidak ada permulaan dan mustahil Allah bersifat hudus baru. Allah terjadi dengan sendirinya, tidak bermula, dan tidak berkesudahan, sedangkan makhluk- Nya adalah makhluk yang diciptakan dan mempunyai sebab kejadiannya Sesuatu makhluk yang terjadi tanpa sebab merupakan hal yang tidak dapat diterima oleh akal sebagaimana firman Allah swt. berikut. Artinya “Dialah Yang Awal dan Yang Akhir, Yang Zahir dan Yang Batin, dan Dia Maha mengetahui segala sesuatu.” QS A1 Hadid 3 WAJIB Allah wajib bersifat baqa kekal dan mustahil bersifat fana binasa. Allah wajib bersifat baqa, maksudnya Allah itu wajib bersifat kekal, senantiasa ada, dan tidak akan mengalami kebinasaan. Dalil naqli bahwa Allah itu wajib bersifat kekal adalah firman Allah dalam A1 Quran Surah Ar Rahman Ayat 26-27. Artinya “Semua yang ada di bumi itu akan binasa, dan tetap kekal zat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan.” QS Ar Rahman 26-27. Mukhalafatuhu Lilhawadis Allah wajib bersifat mukhalafatuhu lilhawadis berbeda dengan makhluk-Nya dan mustahil bersifat mumassalatu lilhawadis serupa dengan yang baru. Firman Allah swt. Artinya “Tidak ada sesuatu pun yang menyerupai-Nya dan Dia Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” QS Asy Syura 11. Qiyamuhu Binafsih Allah wajib bersifat qiyamuhu binafsih berdiri sendiri dan mustahil Allah bersifat ihtiyaju bigairih membutuhkan selain diri-Nya. Allah bersifat qiyamuhu binafsih artinya Allah berdiri sendiri dan tidak memerlukan bantuan dari kekuatan lain dalam menciptakan dan memelihara alam jagat raya. Artinya Allah, tidak ada Tuhan melainkan Dia, Yang Hidup kekal lagi senantiasa berdiri sendiri. QS Ali Imran 2. WAHDANIYAH Allah wajib bersifat wahdaniyah Maha Esa dan mustahil Allah bersifat ta’addud berbilang. Allah bersifat wahdaniyah artinya bahwa Allah adalah Maha Esa. Keesaan Allah itu mutlak, artinya Allah Esa dalam zat-Nya, Esa dalam sifat-Nya, dan Esa dalam perbuatan-Nya. Artinya “Katakanlah! Dialah Yang Maha Esa, Allah adalah tempat bergantung segala sesuatu. Dia tidak beranak dan tidak diperanakan. Dan tidak ada sesuatu pun yang setara sama atau serupa dengan-Nya.” QS A1 Ikhlas 1-4. QUDRAT Allah wajib bersifat qudrat kuasa dan mustahil Allah bersifat ajzun lemah. Allah berbuat apa saja menurut kehendak-Nya terhadap makhluk dan memberikan ketentua batas waktu kekuasaannya. firman Allah swt. berikut. Artinya”Sesungguhnya Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.” QS A1 Baqarah 20 IRADAT Allah wajib bersifat iradat berkehendak atau berkemauan dan mustahil Allah bersil karahah terpaksa. Arti sifat iradat adalah bahwa Allah selalu berkehendak akan terjadi Allah mewujudkan segala sesuatu, maka Allah swt. akan Allah dalam Surah Yasin Ayat 82. Artinya “Sesungguhnya keadaannya apabila Dia Allah menghendaki sesuatu, hanyalah berkatt kepadanya “jadilah”, maka terjadilah ia. “QS Yasin 82. ILMU Allah wajib bersifat ilmu Maha Mengetahui dan mustahil Allah bersifat jahlun bodohAllah swt. bersifat ilmu artinya Allah wajib bersifat mengetahui. Pengetahuan Allah itu Maha Sempurna dan tidak terbatas. Firman Allah Artinya “Dan tidakah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit.” QS A1 Isra 85 HAYAT Allah wajib bersifat hayat hidup dan mustahil bersifat maut mati . Firman Allah dalam Surah A1 Baqarah Ayat 255. Artinya “Allah, tidak ada Tuhan melainkan Dia Yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus makhluk-Nya, tidak mengantuk dan tidak tidur …” QS A1 Baqarah 255 SAMA’ Allah wajib bersifat sama’ Maha Mendengar dan mustahil Allah bersifat assamu tuli. Allah bersifat sama’ artinya Maha Mendengar terhadap segala sesuatu, baik yang diucapkan oleh makhluk-Nya maupun yang masih dalam bisikan hati nurani. Pendengaran makhluk terbatas oleh kemampuan inderanya. Allah berfirman dalam Surah A1 Maidah Ay at 76. Artinya “Katakanlah “Mengapa kamu menyembah selain daripada Allah sesrntu yang tidak dapat memberi mudarat kepadamu dan tidak pula memberi manfaat? Dan Allahlah. Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” QS A1 Maidah 76. BASAR Allah wajib bersifat basar Maha Melihat, mustahil Allah bersifat a’ma buta.Allah swt. bersifat Maha Melihat. Cara Allah melihat berbeda dengan cara manusia melihat. Allah swt. Maha Melihat segala sesuatu tidak dengan mata sebagaimana mata yang dimiliki manusia. Firman Allah Surah Al Mulk Ayat 19. Artinya “Dan apakah mereka tidak memperhatikan burung-burung yang mengembangkan dan mengatupkan sayapnya diatas mereka? Tidakada yangmenahannya di udara selain Yang Maha Pemurah. Sesungguhnya Dia Maha melihat segala sesuatu.” QS Al Mulk 19 KALAM Allah wajib bersifat kalam Maha Berfirman, mustahil Allah bersifat bukmun bisu. Petunjuk, pedoman, dan pegangan hidup manusia itu disampaikan dengan kalam, yaitu firman Allah atau wahyu yang disampaikan kepada rasul-Nya. Setiap orang yang mengaku muslim wajib membaca dan mempelajari isi kalam Allah, yaitu Al Quran. Oleh karena itu, jelaslah bahwa Allah swt memiliki sifat kalam, namun tidak sama dengan kalam bicara hamba-Nya. Firman Allah berikut ini Artinya “Dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung…” QS An Nisa 164. Kaunuhu Qadirun Yaitu Keadaan Allah Ta’ala Yang Berkuasa Mengadakan Dan Allah Artinya “Sesungguhnya Alllah berkuasa atas segala sesuatu“ QS. Al Baqarah 20. Kaunuhu Muridun Yaitu Keadaan Allah Ta’ala Yang Menghendaki dan menentukan tiap-tiapsesuatu, Ia berkehendak atas nasib dan takdir Allah Artinya “Sesungguhnya Tuhanmu Maha Melaksanakan apa yang Dia kehendaki“QS. Hud 107 Kaunuhu Alimun Yaitu Keadaan Allah Ta’ala Yang Mengetahui akan tiap-tiap sesuatu,mengetahui segala hal yang telah terjadi maupun yang belum terjadi,Allah pun dapat mengetahui isi hati dan pikiran manusia. firman Allah Artinya “Dan Alllah Maha Mengetahui sesuatu“QS. An Nisa’ 176 Kaunuhu Hayyun Yaitu Keadaan Allah Ta’ala Yang Hidup, Allah adalah Dzat Yang Hidup,Allah tidak akan pernah mati, tidak akan pernah tidur ataupun lengah. firman allah Artinya “Dan bertakwalah kepada Allah yang hidup kekal dan yang tidak mati“QS. Al Furqon 58 Kaunuhu Sami’un Yaitu Keadaan Allah Ta’ala Yang Mendengar, Allah selalu mendengar pembicaraan manusia, permintaan atau doa hambaNya. firman allah Artinya“Allah Maha Mendengar dan Maha Mengetahui“QS. Al Baqoroh 256. Kaunuhu Basirun Yaitu Keadaan Allah Ta’ala Yang Melihat akan tiap-tiap yang Maujudat Benda yang ada .Allah selalu melihat gerak-gerik kita. Oleh karena itu, hendaknya kita selalu berbuat Allah Artinya “Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan“QS. Al Hujurat 18 Kaunuhu Mutakallimun Yaitu Keadaan Allah Ta’ala Yang Berkata-kata, Allah tidak bisu, Ia berbicara atau berfirman melalui ayat-ayat Al Quran. Bila Al Quran menjadi pedoman hidup kita, maka kita telah patuh dan tunduk terhadap Allah swt . Demikian penjelasan yang bisa kami sampaikan tentang 20 Sifat Allah Yang Wajib Kita Ketahui Lengkap Dengan Firman-NYA. Semoga postingan ini bermanfaat bagi pembaca dan bisa dijadikan sumber literatur untuk mengerjakan tugas. Sampai jumpa pada postingan selanjutnya. Baca postingan selanjutnya Ayat Al-Quran Tentang Manusia Dan Tugasnya Sebagai Makhluk Allah Perkembangan Pembaruan Islam Abad Modern di India dan Pakistan Perkembangan Pembaruan Islam Abad Modern di Turki Perkembangan Pembaruan Islam Abad Modern di Mesir Perkembangan Pembaruan Islam Abad Modern di Hejaz Arab Saudi Persiapan Dan Tatacara Ceramah Dalam Tablig Dan Dakwah Pengertian Serta Pentingnya Tablig Dan Dakwah Dalam Umat Beragama Islam
ALLAHMAHA MENGETAHUI SEGALANYA ( AN NUR 24 : 35 ). ( CAHAYA ITU MENERANGI ) RUMAH-RUMAH DI DALAMNYA ALLAH BERKENAN UNTUK DIHORMATI DAN DISEBUT NAMANYA DAN BERTASBIH DI WAKTU PAGI DAN DAN PETANG ( AN NUR 24 : 36 ). Keberadaan (eksistensi, kehadiran) Dzat yang dimanifestasikan disebut WUJUD IDHOFI, dinamakan juga bayangan.Alkisah, tatkala Nabi Musa AS datang untuk bermunajat kepada Allah swt pada waktu yang telah ditentukan, dan Allah swt pun telah berbicara secara langsung dengannya, tiba-tiba timbul keinginan beliau untuk dapat melihat secara langsung kepada Allah swt. Namun, karena ketidakberdayaan dirinya berhadapan dengan Dzat Allah, keinginan tersebut tidak bisa terwujud, meskipun Allah swt telah memenuhi keinginannya. Hal ini sebagai-mana dijelaskan di dalam al-Qur’an sebagai berikut وَلَمَّا جَآءَ مُوسَىٰ لِمِيقَـٰتِنَا وَكَلَّمَهُ ۥ رَبُّهُ ۥ قَالَ رَبِّ أَرِنِىٓ أَنظُرۡ إِلَيۡكَۚ قَالَ لَن تَرَٮٰنِى وَلَـٰكِنِ ٱنظُرۡ إِلَى ٱلۡجَبَلِ فَإِنِ ٱسۡتَقَرَّ مَڪَانَهُ ۥ فَسَوۡفَ تَرَٮٰنِىۚ فَلَمَّا تَجَلَّىٰ رَبُّهُ ۥ لِلۡجَبَلِ جَعَلَهُ ۥ دَڪًّ۬ا وَخَرَّ مُوسَىٰ صَعِقً۬اۚ فَلَمَّآ أَفَاقَ قَالَ سُبۡحَـٰنَكَ تُبۡتُ إِلَيۡكَ وَأَنَا۟ أَوَّلُ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ -١٤٣- Dan tatkala Musa datang untuk mu-najat dengan Kami pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman langsung kepadanya, berkatalah Musa “Ya Tuhanku, nampakkanlah diri Engkau kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau”. Tuhan berfirman “Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku, tapi lihatlah ke bukit itu, Maka jika ia tetap di tempatnya sebagai sediakala niscaya kamu dapat melihat-Ku”. tatkala Tuhannya Menampakkan diri kepada gunung itu, dijadikannya gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Maka setelah Musa sadar kembali, Dia berkata “Maha suci Engkau, aku bertaubat kepada Engkau dan aku orang yang pertama-tama beriman”. QS al-A’raf 143 Kasus yang pernah dialami oleh Nabi Musa AS di atas menegaskan bahwa wujud Allah adalah bersifat ghaib dan oleh karenanya manusia tidak akan pernah bisa melihat Allah swt, sebagai-mana firman Allah berikut لَّا تُدۡرِڪُهُ ٱلۡأَبۡصَـٰرُ وَهُوَ يُدۡرِكُ ٱلۡأَبۡصَـٰرَۖ وَهُوَ ٱللَّطِيفُ ٱلۡخَبِيرُ -١٠٣- Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala yang kelihatan; dan Dia-lah yang Maha Halus lagi Maha mengetahui. QS al-An’am 103 Pada masa Rasulullah saw, beberapa sahabat Nabi pernah memikirkan tentang Dzat Allah swt. Tetapi, Nabi segera menegur mereka, beliau bersabda تَفَكَّرُوا فِي خَلْقِ اللَّهِ وَلَا تَفَكَّرُوا فِي اللَّهِ – رواه الطبراني Pikirkankanlah ciptaan Allah dan jangan kamu memikirkan Dzat Allah. HR Thabrani Oleh karena wujud Allah yang tidak tampak tersebut, banyak manusia tidak mempercayai akan keberadaan-Nya. Mereka mengingkari-Nya dengan alasan karena mereka tidak dapat menangkap keberadaan Allah dengan indera mereka. Mereka bahkan menuduh orang-orang yang meyakini keberadaan Allah sebagai orang-orang yang bodoh, penghayal, tidak ilmiah dan tuduhan-tuduhan lain yang sangat menyakitkan yang dialamatkan kepada orang-orang yang beriman kepada keberadaan Allah swt. Sejatinya orang-orang yang hanya mempercayai sesuatu yang dapat ditangkap oleh indera manusia terbantahkan oleh kenyataan mereka sendiri. Misalnya, mereka mempercayai adanya kekuatan gravitasi meskipun mereka tidak pernah melihat keberadaannya secara inderawi. Mereka juga mempercayai adanya rasio meskipun tidak pernah terlihat wujudnya melainkan hanya hasil yang ditimbulkannya. Mereka juga mempercayai adanya kekuatan magnet karena adanya daya tarik menarik antara satu besi dengan besi lainnya tanpa pernah melihat wujudnya secara inderawi. Mereka juga mempercayai adanya elekton dan neutron bukan karena mereka pernah melihatnya secara inderawi melainkan karena adanya tanda-tanda yang membuktikan keberadaannya, dan lain-lain. Jadi, semestinya orang-orang yang mengingkari keberadaan Allah swt dengan alasan mereka tidak pernah melihat-Nya secara inderawi harus pula mengingkari benda-benda lain yang juga tidak pernah mereka lihat. Memang, alat inderawi adalah salah satu perangkat yang dapat dipergunakan untuk membuktikan keberadaan sesuatu. Tetapi, ia bukan satu-satunya, melainkan masih banyak perangkat lain yang dapat dijadikan sarana untuk membuktikan adanya sesuatu. Dalam hal keberadaan Allah, terdapat tiga bukti dalil yang bisa mendukung dan menguatkannya. Dalil itu adalah Dalil Fitrah, Dalil Akal Aqli dan Dalil Wahyu Naqli. Dalil Fitrah Pada dasarnya benih keyakinan terhadap wujud Allah merupakan fitrah atau sesuatu yang bersifat kodrat yang dibawa oleh manusia seiring kelahirannya di alam dunia. Hal ini diakui oleh beberapa pakar dari berbagai kalangan, di antaranya Ali Issa Othman, yang menjelaskan bahwa arti fitrah tidak lain adalah inti dari sifat alami manusia, yang secara alami pula ingin mengetahui dan mengenal Allah swt Ali Issa Othman, Manusia Menurut al-Ghazali 28. Mircea Eliade, yang menyebutnya sebagai homo religious atau naturalier religiosa makhluk beragama. Danah Zohar dan Ian Marshal yang menamakannya dengan istilah God Spot atau Titik Tuhan Danah Zohar, Ian Marshall, SQ Spiritual Intelligence – The Ultimate Intelligence, 2000 79. Sayid Sabiq, yang menyebutnya dengan istilah Ghorizah Diniyah. insting keberagamaan Anasirul Quwwah fil Islam 11. Yasien Muhammad, yang menerangkan bahwa karena fitrah Allah dimasukkan dalam jiwa manusia, maka manusia terlahir dalam keadaan dimana tauhid menyatu dengan fitrah. Yasien Muhammad 21. وَإِذۡ أَخَذَ رَبُّكَ مِنۢ بَنِىٓ ءَادَمَ مِن ظُهُورِهِمۡ ذُرِّيَّتَہُمۡ وَأَشۡہَدَهُمۡ عَلَىٰٓ أَنفُسِہِمۡ أَلَسۡتُ بِرَبِّكُمۡۖ قَالُواْ بَلَىٰۛ شَهِدۡنَآۛ أَن تَقُولُواْ يَوۡمَ ٱلۡقِيَـٰمَةِ إِنَّا ڪُنَّا عَنۡ هَـٰذَا غَـٰفِلِينَ -١٧٢- Dan ingatlah, ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka seraya berfirman “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab “Betul Engkau Tuhan kami, kami menjadi saksi”. Kami lakukan yang demikian itu agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan “Sesungguhnya kami Bani Adam adalah orang-orang yang lengah terhadap ini keesaan Tuhan”. QS al-A’raf 172 Ayat di atas menjelaskan bahwa setiap manusia sejak masih berada dalam alam ruh arwah telah ditanamkan benih iman, kepercayaan dan penyaksian syahadah terhadap keberadaan Allah SWT. Dalam hal ini Rasulullah SAW bersabda كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ، أَوْ يُنَصِّرَانِهِ، أَوْ يُمَجِّسَانِهِ البخاري Semua bayi dilahirkan dalam keadaan fitrah, ibu bapaknyalah yang menjadikan ia Yahudi, Nasrani, atau Majusi. HR. al-Bukhari. Jadi, Allah menciptakan manusia disertai dengan berbagai macam naluri, termasuk naluri bertuhan, naluri beragama, yaitu Agama Tauhid. Jika ada manusia yang mengingkari adanya Tuhan atau tidak beragama Tauhid, maka dia telah menyalahi fitrahnya sendiri yang disebabkan oleh pengaruh lingkungan terutama kedua orang tuanya. Dan pada dasarnya para Rasul Allah diutus di muka bumi ini hanyalah dalam rangka untuk mengingatkan manusia akan fitrahnya tersebut. Gejala adanya Fitrah ini secara universal dapat diamati cukup signifikan diantaranya pada dua fenomena berikut Pertama, dalam sepanjang sejarah perjalanan hidup manusia dari dahulu hingga saat ini umat manusia tidak bisa dilepaskan dari kehidupan keagamaan. Hubungan manusia dengan Tuhan dapat dilihat dari kehidupan keberagamaan yang paling sederhana hingga kehidupan keberagamaan yang paling komplek sekalipun, walaupun dalam perjalanannya banyak terjadi penyimpangan. Hal ini membuktikan bahwa peran Tuhan dalam kehidupan manusia sangat dominan. Penelusuran tentang sejarah pengembaraan manusia dalam pencarian menggapai Tuhan, dapat ditemukan dalam buku Karen Amstrong A History of God 4000 Year Quest of Judaism, Christianity, and Islam Sejarah Tuhan 4000 Tahun Pengembaraan Manusia Menuju Tuhan. Kedua, tatkala seseorang mengalami suatu kondisi yang mencekam, misalnya sedang berada di tengah ombak lautan yang bergulung-gulung atau sedang mengalami terpaan musibah yang bertubi-tubi. Disaat itulah naluri ketuhanannya akan muncul, tanpa disadari ia akan meng-ucapkan “Tuhan, tolonglah aku”. Hal ini dijelaskan Allah swt dalam al-Qur’an sebagai berikut وَإِذَا مَسَّ الْإِنْسَانَ الضُّرُّ دَعَانَا لِجَنْبِهِ أَوْ قَاعِدًا أَوْ قَائِمًا فَلَمَّا كَشَفْنَا عَنْهُ ضُرَّهُ مَرَّ كَأَنْ لَمْ يَدْعُنَا إِلَى ضُرٍّ مَسَّهُ كَذَلِكَ زُيِّنَ لِلْمُسْرِفِينَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ [يونس 12] Dan apabila manusia ditimpa bahaya dia berdoa kepada Kami dalam keadaan berbaring, duduk atau berdiri. Tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu daripadanya, dia kembali melalui jalannya yang sesat, seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk menghilangkan bahaya yang telah menimpanya. Begitulah orang-orang yang melampaui batas itu memandang baik apa yang selalu mereka kerjakan. QS Yunus 12 Dalil Akal Aqli Renungan manusia dengan menggunakan akal fikiran yang bersih dan kritis disertai dengan pengamatan intuisi yang halus dan tajam pasti akan membuahkan hasil semakin bertambah kuat keyakinannya belief bahwa sesungguhnya jagat raya beserta seluruh isinya ini adalah makhluk Allah, yang diciptakan oleh Sang Maha Pencipta dengan penuh perencanaan dan bertujuan. Untuk membuktikan keberadaan Tuhan dengan dalil akal dapat digunakan dengan melalui dua pendekatan, yakni Pendekatan Hukum Akal dan Pendekatan Fenomenologis. Pertama Pendekatan Hukum Akal Pendekatan ini dikemukakan oleh Prof. Dr. Yunahar Ilyas, Lc. dalam bukunya “Kuliah Aqidah”. Beliau menyebutkan empat macam hukum akal yang dapat dijadikan sebagai dalil wujud Allah swt. Keempat hukum akal tersebut adalah Hukum Sebab Qanun al-’Illah Segala sesuatu, pasti ada sebabnya. Setiap ada perubahan tentu ada yang menjadi sebab terjadinya perubahan itu. Begitu juga sesuatu yang ada tentu ada yang mengadakannya. Sesuatu, menurut akal, mustahil ada dengan sendirinya. Maka, alam raya ini pun pasti ada yang mengadakannya. Itulah Tuhan Yang Maha Pencipta Segala Sesuatu. Hukum Wajib Qanun al-Wujub Wujud segala sesuatu tidak bisa terlepas dari salah satu di antara tiga kemungkinan wajib ada, mustahil ada, atau mungkin ada. Tentang alam semesta, adanya tidaklah wajib dan tidak pula mustahil, tetapi bersifat mungkin. Ia mungkin ada dan mungkin tidak ada. Karena alam ini bersifat mungkin, maka ia mustahil diadakan oleh dirinya sendiri yang bersifat mungkin, karena sesuatu yang mungkin adanya mustahil akan mengadakan sesuatu yang mungkin menjadi ada, tetapi ia harus diadakan oleh kekuatan diluar dirinya yang bersifat wajib adanya, dan itulah yang disebut Tuhan yang bersifat wajib adanya wajibul wujud Qanun al-Huduts Huduts artinya baru. Alam semesta seluruhnya adalah sesuatu yang hadits baru, ada awalnya, bukan sesuatu yang qadim tidak berawal. Kalau hadits, tentu ada yang mengadakannya. Dan yang mengadakan itu tentulah bukan yang bersifat hadits tetapi haruslah yang bersifat qadim. Dan itulah Tuhan Yang Maha Qadim Qanun an-Nizham Nizham artinya aturan, teratur. Alam semesta dengan seluruh isinya seperti matahari, bulan, bintang dan planet-planet lainnya termasuk bumi dengan segala isinya adalah segala sesuatu yang “sangat teratur”. Sesuatu yang teratur tentu ada yang mengaturnya, mustahil menurut akal semuanya itu teratur dengan sendirinya secara kebetulan. Kedua Pendekatan Fenomenologis Pendekatan ini disampaikan oleh Sa’id Hawwa dalam buku Allah Jalla wa Jalaluhu. Pendekatan fenomenologis adalah pembuktian tentang keberadaan Tuhan dengan mengacu kepada rahasia-rahasia fenomena yang terjadi di alam semesta. Fenomena yang terjadi di alam semesta ini dari makhluk yang terkecil sampai alam yang membentang luas, semuanya menyingkapkan rahasia akan keberadaan Tuhan. Menurut Said Hawa, ada sembilan fenomena yang dapat dijadikan dalil akan keberadaan Tuhan. Berikut ini kami nukilkan secara ringkas sembilan feno-mena tersebut Fenomena Huduts-nya Alam. Sebagaimana diakui oleh para ilmuwan, alam raya ini bersifat baru, artinya ia bermula dari tiada lalu menjadi ada. Adanya Hukum Panas, Hukum Gerakan Elektron, dan Energi Matahari, semuanya telah memberikan bukti yang amat jelas terhadap fenomena ini. Matahari yang membakar, bintang-bintang yang menghiasi langit, dan bumi yang kaya dengan bermacam-macam kehidupan semuanya manjadi bukti jelas bahwa dasar alam ini berkaitan dengan masa yang dimulai pada suatu waktu tertentu. Karena itu, ia adalah bagian dari materi yang huduts baru. Itu artinya pastilah ada sang Pencipta yang azali bagi alam semesta ini yang tidak berawalan. Dia memiliki kekuatan menciptakan segala sesuatu. Seorang ilmuwan Barat, Erving William, mengatakan “Astronomi, misalnya, menunjukkan bahwa alam semesta ini memiliki awalan pada masa lampau dan sedang bergerak ke arah akhir yang sudah pasti. Tidak sejalan dengan ilmu pengetahuan jika kita menyakini bahwa alam semesta ini adalah azali, yang tidak mempunyai awalan, atau abadi, tanpa akhiran, karena ia berdiri di atas dasar perubahan yang terus menerus” Dalam hal ini Allah ta’ala berfirman خُلِقُوا مِنْ غَيْرِ شَيْءٍ أَمْ هُمُ الْخَالِقُونَ 35 أَمْ خَلَقُوا السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ بَلْ لَا يُوقِنُونَ [الطور 35 ، 36] Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatu pun ataukah mereka yang menciptakan diri mereka sendiri? Ataukah mereka yang telah menciptakan langit dan bumi itu bahkan mereka tidak meyakini. QS at-Thur 35-36 Fenomena Iradah Kehendak Sudah menjadi aksioma bagi akal, bahwa sesuatu yang tersusun rapi tentu ada ilmu, kehendak, kemampuan, dan kehidupan. Di mana pun ada sifat-sifat semacam itu, tentu ada Zat yang dapat memanifestasikannya. Matahari, misalnya, adalah salah satu diantara benda-benda angkasa yang mempunyai keistimewaan dan hukum yang khas. Matahari sebagai pusat perputaran di antara bintang-bintang yang berputar secara teratur, termasuk bumi yang sedang kita tempati sekarang ini, tentu tidak bergerak dengan sendirinya, tetapi atas kehendak Zat Yang Maha Berkehendak. Begitu juga manusia, dengan mekanisme yang luar biasa, pabrik yang menakjubkan, pemilik pencernaan dan pemilik sistem pembuangan; Pohon dengan akar dan kulit, pokok pohon dengan getah yang naik turun dan proses yang terjadi seperti fotosintetis, interaksi, formasi dan produksi dalam berbuah dan berbunga; alam atom dengan apa yang di dalamnya mengandung kekuatan, gerakan, dan persenyawaan serta apa-apa yang dihasilkan darinya melalui reaksi-reaksi. Bukankah semua ini menunjukan adanya kehendak yang agung yang bersumber dari Zat Maha Pintar dan Maha Bijaksana. Dia berkehendak menentukan segala sesuatu sebagai ketetapan terbaik. نَّمَا أَمْرُهُ إِذَا أَرَادَ شَيْئًا أَنْ يَقُولَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ 82 فَسُبْحَانَ الَّذِي بِيَدِهِ مَلَكُوتُ كُلِّ شَيْءٍ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ 83 [يس 82 ، 83] Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya “Jadilah!” maka terjadilah ia. Maka Maha Suci Allah yang di tangan-Nya kekuasaaan atas segala sesuatu dan kepada-Nyalah kamu dikembalikan. Qs. Yasin 82-83 Fenomena Hidup Sungguh menakjubkan ketika kita melihat dengan mata kepala kita sendiri pada organ-organ tubuh yang terdapat pada makhluk hidup dan akan bertambah takjub ketika melihat lebih teliti lagi akan ketepatannya, kerjasama di antara bagian-bagiannya, kolaborasi akan tugas-tugasnya, sirkulasi di antara beberapa faktor pertumbuhan sesuai dengan proporsi yang dibutuhkan, sesuai dengan umur, spesies, dan kelompok masing-masing. Hal tersebut terjadi baik dalam tubuh manusia, tubuh hewan, tubuh serangga, maupun tubuh tumbuh-tumbuhan. Lebih menakjubkan lagi jika mengetahui melalui mikroskop dan analisis tentang apa-apa yang tersusun dari organ-organ tersebut atas kerjasama yang unik tentang tugas-tugas organ. Di atas bumi ini terdapat miliaran makhluk hidup dan setiap satu dari mereka mengundang rasa takjub yang tidak ada habis-habisnya. Jumlah yang bermiliaran itu terbagi menjadi ribuan jenis dan spesies. Setiap jenis dan spesies mempunyai keistimewaannya sendiri-sendiri, kelebihan, bentuk tubuh, cara makan, cara hidup dan masing-masing mempunyai kerumitan hidup sendiri. Seluruhnya tersedia rezeki dan dan makanan yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Perkembangan hidup ini tidak dapat dijelaskan kecuali dengan keberadaan Allah. Adanya segala jenis spesies tidak dapat ditafsirkan tanpa adanya Allah. Juga, segala sesuatu yang menyangkut keajaiban makhluk hidup tidak dapat dijelaskan tanpa keberadaan Allah. Setiap bagian terkecil dari semua ini menunjukkan tanda-tanda keberadaan Allah. الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ [الملك 2 Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun QS al-Mulk 2 Bagaimanapun pintarnya manusia, ia tak akan sanggup menciptakan seekor lalat pun. Allah swt berfirman يَا أَيُّهَا النَّاسُ ضُرِبَ مَثَلٌ فَاسْتَمِعُوا لَهُ إِنَّ الَّذِينَ تَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ لَنْ يَخْلُقُوا ذُبَابًا وَلَوِ اجْتَمَعُوا لَهُ وَإِنْ يَسْلُبْهُمُ الذُّبَابُ شَيْئًا لَا يَسْتَنْقِذُوهُ مِنْهُ ضَعُفَ الطَّالِبُ وَالْمَطْلُوبُ [الحج 73[ Hai manusia, telah dibuat perumpamaan, Maka dengarkanlah olehmu perumpamaan itu. Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalatpun, walaupun mereka bersatu menciptakannya. Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, Tiadalah mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Amat lemahlah yang menyembah dan amat lemah pulalah yang disembah. al-Hajj 73 Fenomena Istijabah Do’a Banyak kejadian yang dialami manusia mempunyai hubungan erat dengan fenomena istijabah pengabulan do’a. Dalam berbagai kesempatan, kita dapat menemukan pertolongan yang tidak disangka-sangka atau terkabulnya do’a yang terjadi tidak biasa. Secara sekilas, manusia merasakan adanya pengaruh kekuasaan Allah dengan dikabulkan do’anya. Kejadian semacam ini membuktikan keberadaan Allah azza wa jalla. Allah swt berfirman أَمَّنْ يُجِيبُ الْمُضْطَرَّ إِذَا دَعَاهُ وَيَكْشِفُ السُّوءَ وَيَجْعَلُكُمْ خُلَفَاءَ الْأَرْضِ أَإِلَهٌ مَعَ اللَّهِ قَلِيلًا مَا تَذَكَّرُونَ [النمل 62 Atau siapakah yang memperkenankan doa orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu manusia sebagai khalifah di bumi. Apakah disamping Allah ada Tuhan yang lain? Amat sedikitlah kamu mengingati-Nya. QS an-Naml 62 Fenomena istijabah terkabulnya do’a ini akan selalu terjadi setiap kali syarat-syaratnya terpenuhi. Yang paling jelas dalam hal ini adalah do’a istisqo’ do’a minta hujan, di mana kaum muslimin mengadukan kepada Allah keadaan mereka di musim paceklik, dan seringkali permohonannya terkabul. Hal ini menunjukkan sejelas-jelasnya bahwa ada wujud tertentu yang mempunyai Zat Mahatinggi, selalu mendengar seruan do’a seseorang, memperhatikan permohonan do’anya, dan apabila Dia menghendaki, dikabulkan do’a orang tersebut, kapan saja dan dengan cara apa saja, baik ia seorang muslim maupun Narasumber utama artikel ini Zaini Munir Fadloli
Berikutini penjelasan mengenai 20 sifat wajib Allah SWT, yaitu sebagai berikut: Wujud yaitu Ada. Yang pertama adalah sifat wujud yang artinya adalah "ada". Maksudnya adalah bahwa Allah merupakan dzat yang ada. Dia (Allah) berdiri sendiri, tidak diciptakan oleh siapapun atau oleh apapun, dan tidak ada tuhan selain Allah.
Berikutpenjelasan mengenai Dzat dan Kemaha-Kuasaan Allah. DALIL AL QUR'AN. Allah subhanahu wa ta'ala berfirman : " Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan